Menurut cerita
dari para sesepuh dan Tokoh Masyarakat desa dapat diuraikan bahwa pada saat
Sultan Mangkubumi di Yogyakarta masih ngraman/ akan merebut kekuasaan mempunyai
abdi dalem dari Loano/tanah Bogelan bernama Setro Ketipo. Pada suatu hari
Kanjeng Sultan Mangkubumi perang dengan K.P. Mangkunegaran I, Mangkubumi
mengalami kekalahan dan mengungsi beserta bala tentaranya. Kanjeng Sultan Mangkubumi
sendiri mengungsi hanya diikuti beberapa orang prajurit dan Setro Ketipo tidak
ketinggalan yang lari menuju ke tengah hutan yang menurut perhitungan tidak
akan diketahui oleh musuh. Sultan Mangkubumi mengajak para pengikutnya untuk istirahat, karena sangat lelah dan
pikirannya sangat kalut, kondisi kesehatannya sangat lemah dan hampir meninggal dunia. Kebetulan Setro
Ketipo pada saat itu membawa beruk ( tempurung kelapa ) yang dikalungkan
dilehernya, Sultan Mangkubumi menegurnya dan menanyakan isi beruk yang
dikalungkan dilehernya itu. Setro Ketipo menjawab bahwa isi beruknya adalah
makanan pace dan legen ( gulo klopo ) .
Karena
lapar dan dahaga pace dan legen tersebut diminta oleh Sultan Mangkubumi terus di makan , ternyata sangat nikmat dan
kondisi badannya pulih kembali, kuat dan segar ( kemudian menjadi nama daerah
yaitu Pacitan ). Sedangkan sisa pace dan
legen tadi dibagikan/ dicraki kepada para pengikutnya, kemudian untuk mengenang
peristiwa itu daerah itu dinamakan “Craken” /Desa Craken.
Pada
perkembangan selanjutnya Desa Craken ini diketemukan sebuah belik ( sumber air
) yang airnya mempunyai kasiat menyembuhkan penyakit kuning , akhirnya belik
tersebut dinamakan ‘belik kuning “ .
Semakin lama kabar khasiat air belik kuning semakin menyebar sampai
keseluruh pelosok Pacitan bahkan sampai keluar kota Pacitan untuk menyembuhkan
berbagai penyakitnya. Sehingga dengan kedatangan orang –orang yang ingin
mengambil air itu mendatangkan hasil bagi warga desa Craken , disamping itu
juga diadakan pungutan bagi pengunjung untuk kas desa. Hasil dari pungutan itu
oleh warga desa dipergunakan untuk membangun gedung sekolah dasar ( masih
berdiri sampai sekarang ). Dari sinilah nama Desa Craken diubah menjadi
Sumberharjo yang artinya Sumber air yang dapat mendatangkan kemakmuran bagi
warganya. Sedangkan nama Craken digunakan untuk nama dusun yaitu Dusun Craken
Wetan dan Dusun Craken Kulon.
Kehidupan
masyarakat tentunya masih tradisional yang masih kental dengan menggantungkan
dari hasil bercocok tanam/pertanian, namun berkat kegigihan dari para petinggi
desa untuk membangun desa , dengan mengadakan kerja bakti dan gotong royong
masyarakat semakin meningkat sehingga perkembangan Desa Sumberharjo semakin
baik.
Adapun yang memerintah /menjadi kepala desa /lurah Desa Sumberharjo adalah sebagai berikut
:
1.
Mbah Kartoijoyo
2.
Martowikromo /Lurah Sungeb
3.
Martoijoyo - : hingga tahun 1947
4.
Dul Jaiz : tahun 1947-1948
5.
Ciptoyo : tahun 1948-1982
6.
Ngabdan : tahun 1982-2001
7.
Agus Purwoto : tahun 2001- 2012
8.
Hariyadi : tahun 2013 - Sekarang
Demikian sekilas asal usul Desa Sumberharjo.
Dengan mengetahui sejarah desa sumberharjo memberikan inspirasi kita dalam menggalang semangat persatuan dan kesatuan, terutama dalam membaSeblmnya saya mohon maaf...kani sdh insert dlm pembentukan kelas dlm sistem data base nasional. Yg terintgrasi dgn post test.. Uji komptnsi profwsi dan plpg...jd agak sulit rasanya km hrs ngubah ke data nasional. Mhn maaf sebelumnyangun desa.
BalasHapusIbarat pace yg dicraki sebagai minuman yg berkasiat mamjur untuk menyehatkan menyegarkan badan kita maka semangat membangun desa meski pahit itulah yg akan membawa kesejahteraan dan kemajuan masyarakat desa tercinta ini.
Bravo sumberharjo.
Selamat berlomba semangat pace akan menjadikan jaya desaku. Amiin
AMIN...
BalasHapusSemoga Desa Sumberharjo Juara 1....